Analisis Pendapatan
Nasional dengan Perekonomian Tertutup Dua Sektor
Perekonomian
tertutup dua sekto merupakan perekonomian yang tidak adanya hubungan dengan
Negara lain dan tidak adanya campur tangan pemerintah, baik berupa pungutan
pajak, pembayaran transfer pemerintah ataupun yang berbentuk pengeluaran
konsumsi. Dalam perekonomian tertutup sederhana ini pengeluaran masyarakat
seluruhnya pada tiap satuan waktu akan terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi
rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi. Pihak-pihak yang terlibat dalam
perekonomian tertutup ini adalah rumah tangga (pihak konsumen) dan perusahaan
atau pihak swasta ( produsen) tanpa campur tangan pemerintah baik berupa
pungutan pajak, pembayaran transfer pemerintah ataupun yang berbentuk
pengeluaran konsumsi dan juga tidak berhubungan dengan perekonomian
internasional baik ekspor maupun impor. Terdapat dua model analisis
perekonomian tertutup sederhana yaitu:
A. Model
Analisis dengan Variabel Investasi dan Tabungan
B. Model Analisis dengan Angka Pengganda
A. Model anlalisis dengan variabel
investasi dan tabungan
Pada model
ini, muncul dua aktifitas ekonomi yang baru yaitu, tabungan dan investasi.
Tabungan rumah tangga dianggap kebocoran dalam arus melingakar, karena dapat
mengurangi kemampuan dari pendapatan secara riil apabila digunakan untuk
kegiatan lain seperti konsumsi. Namun Tabungan tersebut tidaklah dianggap
kebocoran apabila digunakan sebagai investasi.Tabungan yang semula mengurangi
pendapatan nasional, apabila digunakan sebagai investasi justru akan menjadi
injeksi, karena Investasi ini dapat menambah pendapatan nasional.
Jika
digambarkan dalam arus melingkar seperti gambar diatas maka dapat disimpulkan
jika kedua pihak saling terkait satu sama lain. Adapun analisisnya adalah sbb:
·
Sektor rumah tangga
Sektor
rumah tangga memiliki faktor produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi
barang dan jasa. Faktor produksi tersebut adalah kesediaan untuk bekerja
(tenaga kerja), barang modal, uang, tanah dan skill. Dan untuk menanggung
resiko atas faktor produksi yang diberikan sektor rumah tangga tersebut, sektor
perusahaan memberikan gaji untuk kesediaan bekerja, pendapatan bunga untuk
kesediaan meminjamkan uang, pendapatan sewa untuk kesediaan memberikan barang
modal, dan pembagian keuntungan untuk saham yang ditanamkan. semuanya itu
(garis b) merupakan aliran pendapatan bagi sektor rumah tangga yang berasal
dari sektor perusahaan.
·
Sektor perusahaan
Sektor
perusahaan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh sektor rumah
tangga. Aliran pengeluaran sektor rumah tangga (garis c) merupakan aliran
pendapatan bagi sektor perusahaan. Namun diluar itu sektor perusahaan juga
membutuhkan faktor produksi dari rumah tangga (garis a). Sehingga inti dari
adanya sektor perusahaan adalah berusaha mencari peluang keuntungan dengan
melihat kebutuhan yang dibutuhkan oleh sektor rumah tangga namun dengan
menggunakan kembali sumber daya faktor produksi yang tersedia dari sektor rumah
tangga untuk memproduksi barang / jasa untuk mewujudkan kebutuhan yang
dibutuhkan tersebut.
Bagi sektor
rumah tangga, dalam berkonsumsi pihak ini tidak sepenuhnya menggunakan
penghasilan yang didapat untuk membeli barang dan jasa. Namun sebagian dari
pendapatan tersebut biasanya dipergunakan untuk investasi dan tabungan.
Tabungan
Menurut
Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Dalam ekonomi makro, tabungan adalah pendapatan
masyarakat yang tidak digunakan untuk kegiatan konsumsi. Kita dapat mengetahui
hubungan tabungan dengan pendapatan nasional dengan menggunakan fungsi
tabungan. Fungsi tabungan adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan
antara tingkat tabungan rumah tangga dan pendapatan nasional dalam
perekonomian.
S = -a + (1-b)Y
keterangan :
a = konsumsi rumah tangga secara
nasional pada saat pendapatan nasional = 0
b = kecondongan konsumsi marginal
(MPC)
C = tingkat konsumsi
S = tingkat tabungan
Y = tingkat pendapatan nasional.
Contoh kasus :
Keluarga pak Ahmad mempunyai
penghasilan Rp. 7.000.000,00 sebulan, dengan pola konsumsi yang dinyatakan
dengan fungsi C = 1.000.000 + 0,80Y. Berdasarkan data tersebut, hitunglah
besarnya tabungan keluarga ibu Tutik.
Pembahasan : Untuk mengetahui
besarnya nilai tabungan (S) maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah
merubah fungsi konsumsi ke dalam fungsi tabungan kemudian memasukan nilai
pendapatan (Y) ke dalam fungsi tabungan.
C = 1.500.000 + 0,80Y
maka fungsi tabungannya adalah :
S = -a + (1-MPC)Y
S = – 1.500.000 + (1-0,80)Y
S = – 1.000.000 + 0,20Y
Untuk mencari besarnya tabungan (S)
ibu tutik maka kita masukan nila Y kedalam fungsi tabungan :
S = -1.000.000 + 0,20(8.000.000)
S = -1.500.000 + 1.600.000
S = 100.000
Jadi besarnya Tabungan keluarga ibu
Tutik adalah Rp.900.000,00
Investasi
Investasi
yang lazim disebut sebagai penanaman modal merupakan pengeluaran perusahaan
untuk membeli barang-barang dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang/jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Pada prakteknya, pencatatan nilai penanaman modal dilakukan dalam satuan tahun.
Yang termasuk investasi adalah sebagai berikut :
·
Pembelian
berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya
untuk mendirikan berbagai jenis industri perusahaan.
·
Pengeluaran
untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan
bangunan-bangunan lainnya.
·
Pertambahan
nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang
masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.
Dalam
perekonomian tertutp, perhitungan pendapatan keseimbangan 2 sektor terdiri dari
variabel konsumsi (C) dan investasi(I).
Y = C + I
(C = a + by)
Y = (a + by) + I
Y = a + by + I
Y – by = a + I
(1 – b)Y = a + I
Y = a + I/1 – b
Contoh: Dimisalkan (dalam milyar
rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka
besarnya pendapatan nasional dengan pendekatan 2 sektor adalah sebagai berikut.
Jawab:
Y = (a + I)/(1 – b)
= (20 + 10)/(1– 0,75)
= 30/0,25
= 120 milyar rupiah
B. Angka Pengganda
Angka
pengganda atau multiplier adalah hubungan kausal antara variabel tertentu
dengan variabel pendapatan nasional. Jika angka pengganda tersebut memepunyai
angka yang tinggi, maka dengan perubahanyang terjadi pada variabel tersebut
akan memengaruhi angka terhadap tingkat pendapatan nasional yang besar juga,
dan sebaliknya. Perubahan pendapatan anasional itu ditunjukan oleh suatu anagka
pelipat yang disebut dengan koefisien multiplier. Proses multiplier adalah
adanya perubahan pada variabel investasi menyababkan pengeluaran agregat
menjadi berubah. Namun dari keseombangan pendapatan nasional tidak sebesar
pertambahan investasi tersebut.
Rumus :
Contoh:
Dimisalkan (dalam milyar rupiah)
fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka
pendapatan keseimbangan sebesar 120. Apabila terdapat tambahan investasi
sebesar 2, maka pendapatan sekarang adalah sebagai berikut:
Jawab:
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y
(∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar
rupiah
Hubungan antara
Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Pengangguran
Pengertian
Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum,
pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari
suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain,
pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan
biayanya diukur dengan menggunakan data produk domestic bruto(PDB) atau
pendapatan output per kapita. Produk domestic bruto (PDB) adalah total nilai
pasar dari barang-barang akhir dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam suatu
perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Tingkat
pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan nasionala rill
pada tahum sebelumnya.
Pengertian Inflasi
Dalam ilmu
ekonomi, inflasi (inflation) adalah suatu proses meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus (kontinu) selama waktu tertentu. Dengan kata lain
juga inflasi adalah suatu proses di mana menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi merupakan proses dari suatu perisitiwa, bukan tinggi-rendahnya
tingkat suatu harga. Artinya, apabila tingkat harga tinggi itu belum pasti
menunjukkan inflasi. Jika terjadi proses kenaikan harga yang berlangsung secara
terus menerus dan saling mempengaruhi berarti terjadi inflasi.
Pengertian Pengangguran
Pengangguran
(unemployment) didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang yang
tergolong dalam kategori angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan atau
dengan kata lain yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya.
Seperti yang kita ketahui, tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk,
distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai masalah lainnya di Negara
kita menjadi salah factor utama rendahnya taraf hidup penduduk di Negara kita.
Hubungan Antara
Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Pengangguran
Dalam jangka
pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun
dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang
buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif
lebih mahal dibanding dengan harga barang impor. Masyarakat terdorong untuk
membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal
menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini
berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung
naik.
Kurang
bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan
terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha
akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja
kehilangan pekerjaan. Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang
terlalu tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara.
Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat
bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di
sektor riil Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi.
Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua
parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan ekonomi
yang dihadapi suatu negara.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya
GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana
pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan
oleh banyak orang.
Pada tahun
1958, pada dasawarsa dimana para pemikir ekonomi sedang ramai-ramainya bertukar
pikiran mengenai teori inflasi, A.W. Phillips berhasil menemukan hubungan yang
erat antara tingkat pengangguran dengan tingkat perubahan upah nominal.
Penemunannya ini diperolehnya dari hasil pengolahan data empirik perekonomian
inggris untuk periode 1861-1957. Kurva phillips yang menghubungkan persentase
perubahan tingkat upah nominal dengan tingkat pengangguran seperti diuraikan di
atas biasa disebut dengan kurva phillips dalam bentuk asli. Di samping itu, ada
juga kurva phillips dalam bentuk versi baru yang biasa disebut dengan kurva
phillips yang sudah direvisi yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi).
A.W.
Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan tingkat
pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari
adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agre-gat, maka
sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik.
Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut
produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja
(tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output).
Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga
(inflasi) maka, pengangguran berkurang.
Menggunakan pendekatan A.W.Phillips
dengan menghubungkan antara pengangguran dengan tingkat inflasi untuk kasus Indonesia
kurang tepat. Hal ini didasarkan pada hasil analisis tingkat pengangguran dan
inflasi di Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010, ternyata secara statistik
maupun grafis tidak ada pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan tingkat
pengangguran (lihat hasil analisis statistik di bawah ini).
Berbeda
dengan di Indonesia, adanya kenaikan harga-harga atau inflasi pada umumnya
disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi misalnya naiknya Bahan Bakar
Minyak (BBM), bukan karena kenaikan permintaan. Dengan alasan inilah, maka
tidaklah tepat bila perubahan tingkat pengangguran di Indonesia dihubungkan
dengan inflasi. Karena itu, perubahan tingkat pengangguran lebih tepat bila
dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi merupakan
akibat dari adanya pe-ningkatan kapasitas produksi yang merupakan turunan dari
peningkatan investasi.
|
Hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat
pengangguran
Dari Gambar di atas diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran
memiliki hubungan yang negatif. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka
pengangguran akan menjadi rendah. Atau sebaliknya, penganggguran akan menjadi
tinggi jika perekonomian suatu negara mengalami inflasi yang rendah
|
Kesimpulan
Menurut
pembahasan diatas, setelah dibandingkan pola hubungan antara inflasi dan
pengangguran di Indonesia dengan teori Phillips yang dikemukakan oleh A.W
Phillips, hasilnya tidak dapat dikaitkan ataupun dihubungkan dengan teori
tersebut. Artinya, teori Phillips tidak berlaku di negara-negara berkembang
terutama untuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena Phillips menggunakan asumsi
untuk teorinya bahwa inflasi sangat dipengaruhi oleh agregat demand atau
permintaan agregat, padahal di negara – negara berkembang, utamanya Indonesia
inflasi lebih dipengaruhi oleh niaya produksi. Jika menurut Phillips saat
teradi inflasi, perusahaan akan berupaya meningkatkan outputnya demi memenuhi
kebutuhan pasar, asumsi agregat demand, sehingga perusahaan akan berupaya
meningkatkan sumber daya atau tenaga kerja demi memenuhi kebutuhan masyarakat,
akibatnya pengangguran kian menurun, karena dianggap dalam jangka pendek nilai
nominal yang dibayarkan perusahaaan kepada tenaga kerja meskipun tetap namun
nilai riil upah yang dibayarfkan tersebut menurun.
Akan tetapi berbeda dengan
Indonesia, seperti yang disebutkan di atas, inflasi terjadi karena menigkatnya
biaya produksi, sehingga secara tidak langsung harga bahan untuk memenuhi
output atau permintaan pasar juga meningkat, sehingga perusahaan akan berupaya
menekan biaya produksi guna efisiensi perusahaan, akibatnya demi menjaga
efisiensi tersebut salah satu langkah yang bisa ditempuh oleh perusahaan adalah
mengurangi tenaga kerja dan mengganti dengan mesin, sehingga biaya yang
dianggarkapun juga berkurang, dalam artian perusahaan harus mengurangi tenaga
keranya dengan cara mem PHK. Namun hal ini tidak dapat diartikan, bahwa di
Indonesia hubungan antara inflasi dan pengangguran adalah positip, sebab dalam
kenyataannya di Indonesia tidak ada hubungan yang pasti antara inflasi dan
pengangguran.
Uang
Pengertian uang
Uang dalam
ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat
diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan
jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang
tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian
barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk
pembayaran hutang.Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat
penunda pembayaran.
Teori Uang
Teori nilai
uang membahas masalah-masalah keuangan yang berkaitan dengan nilai uang. Nilai
uang menjadi perhatian para ekonom, karena tinggi atau rendahnya nilai uang
sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini terbukti dengan banyaknya
teori uang yang disampaikan oleh beberapa ahli. Teori uang terdiri atas dua
teori, yaitu teori uang statis dan teori uang dinamis.
A. Teori Uang Statis
Teori Uang
Statis atau disebut juga "teori kualitatif statis" bertujuan untuk
menjawab pertanyaan: apakah sebenarnya uang? Dan mengapa uang itu ada harganya?
Mengapa uang itu sampai beredar? Teori ini disebut statis karena tidak
mempersoalkan perubahan nilai yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi. Yang
termasuk teori uang statis adalah:
·
Teori Metalisme (Intrinsik) oleh KMAPP, Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak
dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu. Contoh:
uang emas dan uang perak.
·
Teori Konvensi (Perjanjian) oleh Devanzati dan Montanari, Teori ini menyatakan bahwa uang
dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah pertukaran.
·
Teori Nominalisme, Uang
diterima berdasarkan nilai daya belinya.
·
Teori Negara, Asal mula
uang karena negara, apabila negara menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan
alat bayar maka timbullah uang. Jadi uang bernilai karena adanya kepastian dari
negara berupa undang-undang pembayaran yang disahkan.
B. Teori Uang Dinamis
Teori ini mempersoalkan sebab
terjadinya perubahan dalam nilai uang. Teori dinamis antara lain:
·
Teori Kuantitas dari David Ricardo, Teori ini menyatakan bahwa kuat atau lemahnya nilai
uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang
berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan menurun menjadi setengah
dari semula, dan juga sebaliknya.
·
Teori Kuantitas dari Irving Fisher, Teori yang telah dikemukakan David Ricardo
disempurnakan lagi oleh Irving Fisher dengan memasukan unsur kecepatan
peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang memengaruhi nilai uang.
·
Teori Persediaan Kas, Teori ini dilihat dari jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang.
·
Teori Ongkos Produksi, Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal dari logam
dan uang itu dapat dipandang sebagai barang.
Motif Memegang Uang
Keynes dalam
teori Preferensi Likuidasi menjelaskan bahwa motif masyarakat dalam memegang
uang ada 3 macam. Antara lain :
Motif Transaksi
Pada
pendekatan klasik, diasumsikan bahwa tujuan setiap orang memegang uang adalah
sebagai alat tukar. Keynes menekankan komponen permintaan uang ditentukan oleh
tingkat transaksi setiap orang. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendapatan
seseorang maka permintaan orang tersebut terhadap barang atau jasa semakin
tinggi pula. Permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
tingkat pendapatan nasional.
Motif Berjaga-jaga
Uang
digunakan sebagai alat untuk menghadapi ketidakpastian akan kebutuhan di masa
mendatang. Keynes percaya bahwa jumlah uang yang dijadikan alat untuk
berjaga-jaga ditentukan oleh banyaknya transaksi yang diekspektasikan di masa
mendatang. Motif ini juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan
nasional. Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka tingkat kesadaran terhadap
masa depan akan semakin tinggi. Kondisi masa depan yang tidak menentu akan
mendorong orang untuk melakukan motif ini. Hal tersebut akan membawa kebutuhan
yang semakin tinggi akan perlunya uang untuk berjaga. Secara aggregate semakin
tinggi pendapatan nasional, maka kebutuhan masyarakat terhadap uang untuk
berjaga-jaga juga akan semakin tinggi.
Motif Spekulatif
Keynes juga
sependapat bahwa uang merupakan alat ukur kekayaan dan digunakan untuk
mendpatkan keuntungan/berinvestasi. Sehingga salah satu alasan seseorang
memegang uang adalah untuk alasan spekulatif. Arti spekulasi pada motif ini
adalah spekulasi dalam pembelian dan penjualan surat-surat berharga. Motif ini
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga naik, maka
harga surat-surat berharga akan turun. Jadi naiknya tingkat suku bunga akan
menaikkan permintaan untuk spekulasi dan sebaliknya.
Bank
Sentral dan Bank Umum
Bank Sentral
Bank sentral
merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia
perbankan dan dunia keuangan disuatu Negara.
Bank sentral di Indonesia bernama
Bank Indonesia yang bertugas untuk:
·
Mengatur dan
menjaga kestabilan nilai rupiah
·
Mendorong
kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna
peningkatan taraf hidup rakyat
Sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia
melakukan tugas sebagai berikut:
·
Bank
Sirkulasi, yakni mempunyai hak tunggal untuk mengedarkan uang kertas dan logam
sebagai alat pembayaran yang sah.
·
Banker’snBank
Bank Sentral juga dianggap sebagai Bank-nya Bank.
·
Lender of
last resort. BI dianggap juga pemberi pinjaman pada tingkat terakhir (kredit
likuiditas darurat).
·
Bank Umum
Bank Umum
merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa – jasa perbankan dan
melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga
– lembaga lainnya.
Fungsi Bank-Umum secara lengkap
adalah :
·
Mengumpulkan
dana yang sementara menganggur untuk dipinjamkan pada pihak lain atau membeli
surat berharga.
·
Mempermudah
dalam lalu lintas pembayaran uang.
·
Menjamin
keamanan uang sementara tidak digunakan, misalnya menghindari risiko hilang,
kebakaran, dll.
·
Menciptakan
kredit, yaitu dengan cara menciptakan demand deposit dari kelebihan
cadangannya.
Perbedaan Bank Sentral dan Bank Umum
Bank Sentral:
1. Lembaga yang tidak mencari keuntungan
2. Kegiatan bank dikelola oleh pemerintah
3. Bertindak sebagai pengawas dan pembina bank
4. Dapat secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha
bank
5. Mengeluarkan uang kertas dan uang logam
6. Tidak memiliki saingan
7. Bertindak sebagai Lender of The Last Resort bagi
perbankan
8. Tidak melayani jasa perbankan bagi individu dan
perusahaan non-Lembaga Keuangan
Bank Umum:
1. Merupakan badan usaha yang mencari untung
2. Umumnya secara kuantitas dimiliki dan dikelola oleh
pihak swasta
3. Diawasi dan dibina oleh bank sentral
4. Kegiatan operasinya dipengaruhi oleh bank sentral
5. Hanya dapat menciptakan uang giral
6. Melakukan persaingan antar bank
7. Harus memiliki rekening pada bank sentral
8. Melayani baik pribadi maupun perusahaan
(masyarakat) secara umum
Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan
tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, “margin
requirement”, kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam
usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah
lain.
Kebijakan
moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk
mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur
keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat
terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah
satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro
wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Kebijakan
moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta
neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam
kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Daftar Pustaka: